A.Fenomena
Tawuran antar Pelajar
Perkelahian
merupakan suatu tindakan yang sangat tidak terpuji dan sangat tidak pantas
dilakukan oleh siapa pun termasuk oleh pelajar, namun pada beberapa tahun
terakhir perkelahian antar sesama justru lekat dengan kalangan pelajar,
terutama pelajar antar pelajar tingkat SMA sederajat , perkelahinan antar
pelajar atau yang biasa disebut tauran (tawuran) ini didasari oleh hal-hal
sepele, bahkan ada faktor tertentu penyebab tawuran yang saya bilang itu faktor
yang sangat bodoh, seperti hanya karena tatapan mata, saling ejek, karena
wanita sampai menjaga gengsi sekolah mereka lakukan dengan cara perkelahian
tersebut. Kejadian seperti ini tentu sangat disayangkan, karena pelajar yang
harusnya menuntut ilmu demi meraih cita-cita mereka justru malah melakukan hal-hal
yang tidak berguna diluar sekolah.
Dahulu semasa saya sekolah di SMA sekolah saya termasuk sekolah yang terkenal
karena sering mengikuti perkelahian antar pelajar, meskipun saya tidak pernah
terlibat langsung dalam perkelahian tersebut, tetapi tidak jarang saya menjadi
korban perkelahian tersebut. Merasa penasaran saya pernah bertanya kepada
beberapa teman saya mengenai “apa penyebab kalian ikut-ikut tawuran??”, setelah
saya ketahui ada beberapa faktor internal dan eksternal sekolah yang membuat
mereka ikut dalam tawuran.
1.Faktor internal, faktor ini merupakan faktor utama penyebab para pelajar
banyak yang “ikut-ikut” tawuran diantaranya.
A.Ajakan teman, beberapa pelajar yang tawuran ternyata ada diantara karena
ajakan teman, karena takut dibilang “cupu loe ga mau ikut tauran, punya nyali
ga loe..??” atau “ini kan buat kebaikan sekolah kita, klo loe ga ikut mending
ga usah jadi temen gue..”, hal ini juga pernah terjadi pada diri saya pribadi,
akan tetapi saya selalu mengabaikan hal tersebut karena saya tahu hal itu tidak
berguna.
B.Mental yang lemah, tidak mau dibilang “cupu” atau “culun” banyak diantara
mereka terlibat dalam tawuran, ini mencerminkan bahwa mental para pelajar kita
sangatlah lemah, hal ini tentu harus segera diperbaiki secepatnya, mulai dari
diri sendiri dengan dibantu pihak-pihak terkait seperti guru dan orang tua.
2.Faktor eksternal, selain faktor internal faktor eksternal secara tidak
langsung mendorong para pelajar pelajar untuk melakukan aksi tawuran,
diantaranya.
A.Ekonomi, biasanya para pelaku tawuran adalah golongan pelajar menengah
kebawah ini disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasan bahkan cenderung
kurang membuat membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya lewat
aksi perkelahian tersebut, karena diantara mereka merasa dianggap rendah
ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.
B.Perhatian, kurangnya perhatian dari orang-orang disekitar mereka seperti
orang tua dan guru membuat mereka bebas dan bisa melakukan segala sesuatu
sesuka hati mereka, termasuk tawuran diantaranya.
B. FAKTOR PENYEBAB
1.
Masalah yang datang dari Lingkungan
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling utama dalam
membentuk jiwa dan kepribadian anak. Keluarga yang baik tentu akan sangat
menguntungkan bagi pembentukan jiwa dan kepribadian, sementara keadaan keluarga
yang jelek akan sangat tidak menguntungkan bagi pembentukan jiwa dan
kepribadian anak.
Kedaan keluarga yang memberi efek negatif bagi pembentukan
dan perkembangan pribadi anak, biasanya adalah disintegrasi di dalam keluarga ,
yang dapat disebabkan oleh :
a.
broken home; struktur keluarga yang
tak lengkap, seperti ada yang meninggal dunia, bercerai atau ada yang tidak
bisa hadir di tengah keluarga dalam rentang waktu yang cukup panjang, atau
b. quasi
broken home; kedua orang tua yang terlalu sibuk dengan tugas dan pekerjaannya,
sehingga kesempatan memperhatikan anak sangatlah kurang.Pada dua penyebab di
atas, perbuatan deliquent dapat muncul yang dilatar belakangi oleh tidak
diterimanya kasih sayang yang penuh oleh sang anak, sehingga dia menyalurkan
keinginan tersebut dengan berbagai cara dan kesempatan, manakala itu juga tidak
terpuaskan, maka ia akan mewujudkannya dalam bentuk tindakan lain, yang kadang
kala termasuk dalam perbuatan deliquent yang merugikan.
2.
Masalah yang datang dari Lembaga
Pendidikan Formal Secara umum
Upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah dalam rangka
membentuk kepribadian yang utuh bagi para peserta didiknya, namun tidaklah
dapat dimungkiri di sekolah juga sering dapat menbentuk anak (tentu relatif
kecil) untuk menjadi delikuen.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya delikuen bagi peserta didik,
adalah :
a.
Pengaruh Teman
Dalam
keseharian anak senantiasa berinteraksi dengan teman-temannya, dan karena
memang tidak semua anak yang berada di sekolah sudah baik prilakunya, sehingga
hal yang tidak dapat dimungkiri sering akan membawa pengaruh negatip bagi
kepribadian anak. Besarnya
pengaruh teman ini dapat dibuktikan dengan adanya perilaku seperti rasa senasib
sepenanggungan yang diakui tingkat solidaritasnya sangat tinggi, namun
berkembang ke arah negatif dan delikuen, yaitu rasa solider ‘membela teman’
yang berkembang ke arah pembelaan yang tidak mau melihat yang ‘salah’, maka
terjadilah fenomena baru saling keroyok antar kelompok di suatu sekolah dan
bahkan antar sekolah. Dan bahkan bisa menimbulkan gejala distorsi moral lainnya
seperti perilaku terlalu bebas, sangat berani membantah, tidak tetap pendirian
dan bahkan mudah putus asa.
b.
Tindakan tenaga pendidik
Tidak
dapat dimungkiri ditengah sekian banyak pendidik yang profesional, ada
segelintir pendidik yang tidak/ belum profesional, yang tindakan kadang kala
dapat membuat anak putus asa, seperti menghukum tidak didasarkan atas dasar
pendangan ‘harus mendidik’, memperlakukan anak yang bersalah seperti seorang
pesakitan, jarang masuk mengajar dan lain sebagainya, akan mengundang jiwa anak
untuk menantang dan melanggar disiplin yang berlaku, dan ini kalau tidak
teratasi dengan cepat bisa mengarah dan berkembang ke tindakan-tindakan
delikuen.
c.
Lingkungan Sekolah
Keadaan
lingkungan sekolah yang kurang nyaman, ditambah lagi dengan kegiatan yang
sangat padat tapi tidak dikemas dalam bentuk menyenangkan, menyebabkan anak
merasa tidak betah bahkan merasa tidak aman berada di sekolah, ini sering
menyebabkan anak mau secepatnya tidak berada di sekolah, yang menyebabkan
terjadinya anak yang membolos, yang akhirnya dapat mengundang tindakan
deliquen.
3.
Masalah yang datang dari Masyarakat
Perkembangan iptek dan kemodernan tata kehidupan, telah
memberi pengarus pada akselarasi perubahan sosial, yang ditandai dengan
berbagai peristiwa yang dapat menimbulkan ketegangan jiwa, seperti persaingan
perekonomian, ketenaga kerjaan, berita media massa, ketimpangan sosial dan
lain-lain.
Ketegangan-ketegangan yang terjadi di masyarakat, akan banyak
mempengaruhi kejiwaan para remaja, seperti adanya yang merasa rendah diri atau
direndahkan, dsb., yang mengundang lahirnya tindakan-tindakan delikuen.
Berbagai Wujud tindakan delikuen yang sering dilakukan oleh
para remaja, antara lain : Kejahatan dengan kekerasan, Pembunuhan, Pencurian,
Penggelapan, Penipuan, Pemerasan, Gelandangan, Penggunaan Narkoba, dll.
4.
Dasar-Dasar Agama Yang Kurang
Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang
sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah
terkadang kurang memperhatikan hal ini. karena jika remaja tidak mendapat
pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku
mereka akan sembarangan.
5.
Tidak Adanya Media Penyalur Bakat Dan Hobinya
Masa remaja merupakan masa dimana mereka mulai menyalurkan
berbagai bakat dan potensi yang mereka miliki dan terkadang media atau
tempat untuk mereka menyalurkan bakat mereka,tidak tersedia dan akhirnya yang
mereka lakukan adalah mencari kesenangan sendiri dan lebih suka hura-hura
daripada duduk tenang dirumah atau belajar.
6.
Kebebasan Yang Berlebihan
Ada orang tua yang dalam mendidik anak mereka menerapkan pola asuh
yang demokratis yang berlebihan sehingga anak menjadi yang keras kepala dan
sering memaksakan kehendaknya kepada orang tua dan pola asuh seperti ini akan
berakibat buruk pada anak.
7.
Masalah Yang Dipendam
Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem,terkadang remaja
tidak terbuka pada orang tua, sehingga merek merasa bahwa mereka mampu
mengatasi masalah itu sendiri.ternyata mereka tidak sanggup
C.USAHA
PENANGGULANGAN
1. Upaya Preventif yakni membantu
individu menjaga atau mencegah masalah bagi dirinya. Misalnya mendirikan tempat
latihan untuk menyalurkan kreativitas anak, pembentukan klub olah raga,
pembinaan mental dan spiritual, dan lain-lain.
2. Upaya Represif yakni dengan
pemberian hukuman
3. Upaya Kuratif yakni membantu
individu memecahkan masalah dan menanggulangi yang sedang di hadapi atau di
alaminya.